JellyPages.com

Jumat, 11 Maret 2016

Bioskop ramah Anak



Wah, sudah lama sekali saya tidak berbagi cerita, dan sepertinya sekarang saat yang tepat, nih. Kebetulan kemarin saya dapat undangan peresmian Cinemaxx Junior dari Cinemaxx. Cinemaxx Junior ini adalah bioskop pertama yang didesain untuk anak-anak. Menurut saya sih konsepnya seru banget, gabungan antara bioskop dan playground. Jadi Cinemaxx Junior ini tempatnya tergabung dengan Cinemaxx di Maxx Box Lippo Karawaci (sebrang Supermall Karawaci).


seats

Di luar studio tersedia berbagai macam permainan, seperti flying fox, climbing trees, trampoline, dan mini hammocks. Untuk masuk ke dalam studio pemutaran film juga caranya unik sekali. Anak-anak bisa meluncur melalui tube slide dan akan disambut dengan bola-bola dalam ball pit. Kursi-kursi di dalam studionya juga tidak seperti bioskop biasa. Barisan depan tersedia bean bag untuk anak-anak yang ingin bersantai seperti di rumah. Di baris berikutnya terdapat lounger chair yang bisa bikin anak-anak menonton film tanpa harus menekuk kakinya. Serta ada pula sofa bed untuk Mom atau Dad yang membawa balitanya, karena ini bisa digunakan untuk berdua.


Playground


Ball pit

Dengan tiga kali jam pertunjukan film setiap harinya, film yang diputar tentunya film-film yang sesuai untuk anak-anak. Kemarin film now playing-nya adalah Kungfu Panda 3. Namun berhubung film anak-anak tidak selalu ada setiap waktu, maka disini juga bisa memutar film klasik favorit yang ceritanya menarik untuk anak-anak.

Teknologi yang digunakan juga pastinya sangat ramah anak-anak. Sound dan screen sudah diatur sedemikian rupa supaya pas untuk anak-anak. Ketika film dimulai pun lampu tidak akan dimatikan semua, karena kebanyakan anak-anak merasa takut dengan gelap Ini juga memudahkan Mom atau Dad mengawasi anak-anak yang tetap aktif bergerak selama film diputar.

Untuk harga tiket menurut saya cukup terjangkau. 1 tiket yang dapat digunakan untuk 2 orang (anak dan pengawasnya) dikenakan Rp 100.000,- selama periode promosi (sst, promosinya belum ditentukan sampai kapan, lho). Karena selain menonton film, anak-anak juga bisa bermain sepuasnya dalam arena playground yang disediakan, sehingga harga segitu sepertinya cukup untuk membuat anak-anak mendapatkan beberapa hiburan dalam satu tempat. Yuk, Mom dan Dad, ajak si kecil bersenang-senang!


Kamis, 06 Agustus 2015

Inside Out, Meet The Little Voices Inside Your Head



Senang sekali gue menadapatkan kesempatan untuk menonton INSIDE OUT (3D), film besutan Disney Pixar yang pastinya sudah tidak diragukan lagi, dari segi animasi dan jalan ceritanya.

Sandra Dewi, Pete Docter, Ronnie Del Carmen (Press Conference Inside Out)


Kali ini Pixar kembali dengan cerita keseharian seorang anak perempuan bernama Riley Andersen yang beranjak remaja dengan berbagai konflik yang ia temui dalam kehidupannya. Yang special disini, kita bisa melihat ada 5 emosi yang divisualisasikan dengan lucu dan menggemaskan. Joy, si pengatur kebahagiaan dalam hidup Riley. Anger, yang segera turun tangan apabila ada hal yang mengesalkan. Fear yang akan selalu menjaga Riley dari berbagai bahaya yang ada di sekeliling Riley. Disgust yang paling jijik dengan brokoli. Sadness yang selalu dijauhi tapi sebenarnya merupakan emosi yang sangat dibutuhkan dalam hidup Riley. Mereka semua hidup di Headquarts yang bertempat di pikiran Riley. Disinilah mereka membantu Riley menjalankan kehidupannya.


Awalnya semua berjalan lancar sampai akhirya Ayah Riley harus pindah dari Minnesota ke San Fransisco. Disinilah konflik kehidupan Riley berawal. Riley telah membayangkan rumahnya yang indah, tapi kenyataan tak seindah imajinasi Riley. Namun Joy, tetap membantu agar Riley berpikir positif “Think Positive” itulah kata andalan Joy. Namun semakin banyak hal-hal yang membuat Riley semakin tidak nyaman dengan kepindahannya ke kota asing ini. Joy sangat menghindari Sadness agar tak menyentuh memori Riley, karena akan membuat Riley menjadi sedih. Namun Sadness, Disgust, Anger dan Fear saling berebut mengendalikan pikiran Riley sehingga membuat anak 11 tahun ini mengalami kegalauan.


Sementara itu di Headquarts terjadi hal yang sangat tidak diinginkan. Joy dan Sadness tak sengaja ikut masuk kedalam mesin penyedot memori Riley dan terdampat ditempat penyimpanan memori jangka panjang Riley. Disinilah banyak terjadi hal yang tak terduga. Mulai dari runtuhnya pulau-pulau yang dibangun berkat kebahagiaan Riley sejak kecil, sampai dengan bertemu kembali dengan Bing Bong (teman khayalan Riley saat masih kecil) si gajah pink yang mengeluarkan butiran permen saat menangis.


Joy dan Sadness harus berusaha kembali ke Headquarts untuk mengembalikan kebahagiaan Riley, bagaimana petualangan serunya? Jangan lupa saksikan INSIDE OUT, yang akan mulai diputar serentak di bioskop Indonesia, tanggal 19 Agustus 2015.


Menurut gue film ini sangat mudah dicerna apalagi untuk penonton anak-anak, karena setting ceritanya yang merupakan kehidupan sehari-hari bahkan mungkin pernah dialami oleh mereka sendiri. Komedi dan dramanya yang cukup menarik namun tidak mudah ditebak endingnya.

Segitu aja bocorannya, hihi…Selamat menonton!

Rabu, 05 Agustus 2015

I Love My Job

Beberapa hari lalu gue menghadiri undangan acara suatu bank, dimana mereka sedang mengadakan pelatihan untuk anak-anak. Ini adalah salah satu dari beberapa jobdesk yang gue lakukan untuk pekerjaan yang saat ini gue jalani.

Alhamdulillah gue salah satu dari sekian banyak orang yang bekerja sesuai apa yang menjadi jurusan saat kuliah. Iya, saat ini gue menjadi reporter untuk satu majalah anak-anak (di postingan sebelumnya kayaknya gue udah cerita, ya?) 

Pada dasarnya gue orangnya sangat pemalu, dan suka nggak percaya diri. Gue terkadang butuh waktu beberapa lama untuk bisa masuk ke dalam suatu lingkungan. Orangtua gue pun sangat tahu akan hal tersebut. Saat gue memilih untuk kuliah jurusan jurnalistik (karena sejak kecil gue suka banget baca majalah, dan ingin sekali menjadi bagian dari suatu majalah) pun mereka agak sedikit meragukan, apakah gue bisa melakukan apa yang harus dilakukan seorang jurnalis, seperti  bertemu dengan banyak orang, mewawancarai, berbicara di depan kamera, mengingat gue adalah orang yang sangat pendiam di mata mereka.

Mungkin ada yang bertanya, apakah karena gue orang yang pendiam kemudian gue adalah orang yang introvert? Sejujurnya gue sangat suka ngobrol, apapun dan dengan siapapun. Tapi terkadang gue sangat susah untuk memulai obrolan terlebih dahulu. Bahkan gue merasa akan mendapatkan energi yang berlebih setelah bertemu dan berbincang dengan orang-orang. Menurut informasi yang gue dapatkan, ini adalah salah satu ciri orang ekstrovert, dimana ia mendapatkan energi jika bertemu dengan orang banyak. Well, i don’t know, mungkin gue gabungan antara intro dan ekstro.

Kembali lagi ke orang tua gue, mereka awalnya sangat meragukan apakah gue bisa melakukan pekerjaan yang menurut mereka “nggak gue banget”. Kemudian setelah gue memasuki dunia kerja ini, dimana pekerjaan gue memaksa gue untuk bertemu banyak orang, mereka agak sedikit amazed dengan apa yang gue lakukan. Awalnya gue pun agak meragukan diri gue sendiri, “Bisa nggak ya?” tapi karena terpaksa, ya akhirnya mau tidak mau, gue lakukan. Hasilnya…gue kapok? Gue resign? NGGAK!

Ini sangat menyenangkan! I mean, really…it was fun! Gue sangat mencintai pekerjaan gue sekarang. Bertemu dengan banyak orang, ngobrol, sok kenal, sok asik, you named it. Ya, saat ini gue akhirnya bisa bilang bahwa gue sangat menikmati menjalani pekerjaan yang awalnya diragukan banyak orang, bahkan orang tua gue sendiri. Finally, I made it! Ya, walaupun begitu gue masih harus banyak sekali belajar, ilmu gue belum ada apa-apanya. Untuk menulis tanda baca aja, kadang masih salah. Ya begitulah hidup, harus terus belajar, belajar dan belajar.

Rabu, 22 Juli 2015

Merindu

Aku rindu dengan percakapan terbatas kita selepas senja. 

Bertukar kata sembari menatap kagum bulatan indah di balik lensa minusmu. 
Menyibukkan jemari menutupi rasa gugup. 
Tak jarang ku kehabisan kata, namun guyon sarkasmu kembali mencairkan suasana.

Malam yang semakin gelap mengingatkan bahwa keretaku tak berjadwal 24jam. 
Walaupun tak rela, aku harus pulang.
Tentunya dengan setangkup rasa yang semakin berlebih kepadamu.

Jumat, 10 Juli 2015

Welcome To The Real "TWENTY-SOMETHING"



 “Whether you have a job or don’t, are in school or aren’t— the one big thing about being 23 is that you have more responsibility than you’ve ever had before”

Ya, umur gue sekarang sudah 23 tahun lebih 2 hari. Alhamdulillah, saat gue menulis ini, gue sudah berada di tempat yang dari dulu gue khawatirkan. Khawatirkan? Ya, saat gue masih kuliah gue sangat khawatir akankan gue bisa mendapatkan pekerjaan, ditengah banyaknya perkataan orang-orang bahwa “cari kerja tuh susah”. Ya, memang gue mengalami hal tersebut, selama kurang lebih 6 bulan gue jadi pengangguran. Tapi Alhamdulillah (lagi) gue saat ini sudah menjadi bagian dari salah satu tim redaksi di Majalah Just for Kids.



Banyak sekali hal baru yang gue dapatkan selama 3 bulan kerja disini. Menyenangkan? Pasti! Melihat tulisan gue pertama kali dimuat di majalah nasional, siapa yang nggak bangga? (hmm, lebay ya?) melihat ide cerita gue dibikin ilustrasinya, dan jadinya bagus sekali. Sesuatu yang benar-benar baru buat gue, dan kadang nggak percaya bahwa nama gue ada di credit name suatu tulisan. Ah, senangnya!

Di umur gue yang bukan lagi remaja banyak sekali yang ingin gue lakukan, tentunya dengan hasil usaha gue. Menurut orang-orang penghasilan gue nggak besar, tapi gue merasa sangat cukup, bisa makan, beli ini itu, bisa bantu-bantu keuangan ortu dikit-dikit, bisa jalan-jalan, dan masih bisa nabung juga. Mungkin karena sebelum ini gue tidak diajarkan berlebihan dalam menggunakan uang, dan yang pasti sih gue masih tinggal sama orang tua, haha!

Sudah banggakah gue di umur 23 tahun ini? 

Jawabannya adalah sudah tentu, BELUM. Masih banyak lagi yang ingin gue capai di umur-umur yang selanjutnya (semoga Allah memberikan umur panjang :D ) Gue masih ingin meneruskan pendidikan gue dan bikin Mama dan Bapak bangga, bahwa mereka nggak pernah akan menyesal sudah memberikan semuanya buat gue (jadi sedih :’) ) dan gue masih harus banyak belajar lagi di pekerjaan gue yang sekarang, improve kemampuan gue, perbanyak koneksi, pokoknya belajar dan terus belajar. Semoga selalu diberikan kemudahan dan rezeki dari Allah SWT, can I get Amen?? Hehehe.

Jumat, 12 Juni 2015

Ojek? Sudah Biasa. Gojek? Luar Biasa



Mau share sedikit tentang pengalaman pertama menggunakan jasa Gojek. Berawal dari kelemahan gue dalam hal menggunakan angkutan umum. Kebetulan gue harus liputan ke kawasan Sudirman, dan harus balik lagi ke kantor. Seperti yang gue katakana, gue bingung harus naik apa dari Sudirman ke kantor yang ada di Kebon Sirih, dan gue memutuskan mencoba Gojek, untuk pertama kalinya. Berbekal voucher Rp 50.000 yang gue dapat sebagai pengguna baru (dengan cara memasukan reveral code dari teman yang sudah lebih dulu menggunakan Gojek) gue memutuskan untuk “Ok, ini saatnya gue mencoba transportasi yang lagi hitz di tengah macetnya Jakarta”

Singkat cerita, setelah gue selesai tugas, gue order Gojek dengan cara memasukan  “From” untuk menentukan mau dijemput dimana dan “To” untuk menentukan lokasi yang akan dituju. Mudah sekali, setelah gw klik order, akan muncul driver yang sedang berada di sekitar tempat kita order, dan estimasi waktu sampai si drivernya, kalau kurang yakin kita juga bisa menghubungi driverya, karena nomer handphonenya tertera di bawah profil si driver. Kamandanu Sartono, nama driver pertama yang membawa gue jatuh cinta sama Gojek ini. Orangnya baik, dan promosi Gojek mulu, hehe. Setelah sampai di tempat tujuan, si driver akan mengkonfirmasi bahwa kita telah sampai di tujuan dan voilaa…saldo kita berkurang dan si drivernya pun senang karena mendapat rejeki.

Kelebihan Gojek yang gue suka, kita akan mendapatkan free masker dan tutup kepala, tapi gue saat itu Cuma dapet masker saja, nggak berniat untuk nanya kenapa gue nggak dapet tutup kepala, karena gue lihat juga helmnya ngga jorok-jorok amat. Kekurangannya mungkin drivernya harus lebih dikasih arahan bagaimana mengendarai motor yang baik, soalnya kaki gue sempet kejepit saat lagi nyalip, Nggak luka sih, I’m ok! Tapi alangkah lebih baiknya jika hal tersebut tidak terjadi.

So, siapa lagi yang mau coba Gojek? Untuk mendapatkan voucher Rp 50.000 pertama, kalian bisa masukin reveral code “542769124”. Enjoy your Gojek, Forget about Traffic!

Jumat, 27 Maret 2015

Operasi? Serius?!

Yak! Itu kata pertama yang gue ucapkan saat dokter bilag kaau gue harus operasi. 
Berawal dari benjolan di pipi yang gw rasa nggak mengganggu, karena ngga ada rasa sama sekali, sakit nggak, bikin pusing nggak, keliatan banget juga nggak, karena ukurannya yang ngga terlalu besar. Tapi Mama keukeuh gue harus diperiksa. Dia takut karena beberapa kali denger dari cerita para tetangga dan tayangan di televisi kalau benjolan kecil bisa berubah jadi penyakit yang berbahaya. Akhirnya dengan berbekal kartu BPJS Kesehatan, gue datang ke Klinik Bhakti Asih Ciledug, kemudian meminta rujukan untuk ke Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Ciledug untuk penanganan yang lebih serius. 

Pertama gue dirujuk ke dokter spesialis dalam, karena letak benjolannya yang ada di dalam. Kemudian menurut si dokter spesialis dalam dia kurang begitu kompeten dalam penyakit gue, akhirnya gue dirujuk ke dokter spesialis bedah. Seperti biasa mengantri di loket BPJS untuk daftar ke dokter bedah, akhirnya sore itu (gue lupa tanggal berapa) gue ketemu sang dokter bedah.
"Benjolannya dimana?"
"Ini dok!" Kata gw sambil nunjuk pipi bagian bawah, kemudian disusul jari dokternya yang ikut meraba.
"Mana?? Oh ini"
Kemudian si dokter menulis sesuatu di kertas sambil berkata "Itu infeksi kelenjar getah bening. Dioperasi ya,kalau nggk dierasi bisa tambah gede terus pecah di dalem, dan bisa aja makin gede bengkaknya. Nanti saya bikin luka kecil aja kok di pipi kamu"
Whaaat??!!! 
Gue sih diem aja, walaupun pikiran gue udah kemana-mana. Operasi. Sesuatu yang cuma sering gue liat di serial Grey's Anatomi dan sekarang harus gue alami sendiri. Udah kebayang pipi gue diobok-obok sama dokter dan kebayang bekas luka yang bakal jadi codet. OMG!! PIPI GUE!!!!

Setelah beberapa prosedur sebelum operasi gue jalankan, seperti cek darah dan foto rontgen akhirnya saat yang sangat tidak ditunggu-tunggupun tiba. Handphone gue berdering, yang awalnya gue kira panggilan interview kerja, karena memang akhir-akhir ini gue ngirim beberapa lamaran dan telepon dari HRD pasti sangat gue tunggu-tunggu. Tapi apa boleh buat, gue saat itu juga harus ke rumah sakit karena sedang ada kamar yang kosong.Sampai sana setelah menandatangani beberapa dokumen yang menyatakan bahwa gue siap dan tidak ada paksaan untuk melakukan operasi, gue akhirnya masuk kamar. Susternyapun sampai bingung, "Ini yang sakit yang mana?" karena saat itu gue datang ditemenin mama. 

Operasi dijadwalin malam itu pukul 21.00. Tapi nggak tau kenapa diundur jadi besok pagi, karena hari ini ada dokter spesialis dalam yang katanya mau periksa kesiapan gue untuk menjalankan operasi. Keesokan harinya Suster datang lagi dan bilang "Kamu operasiya besok malem jam 21.00". Yak, diundur-undur aja terus. mau bikin gue sport jantung berapa lama lagi sih?!! Gue cuma bisa pasrah. Beberapa bbm, line bermunculan untuk memberikan semangat, hahhaa berlebihan sebenernya, but thanks guys. Besoknya, temen gue jenguk sekitar pukul 5 sore. Lagi ngobrol kesana-kemari tiba-tiba susternya datang. 
"Nindy, ayok operasi sekarang" kata susternya sambil ganti infusan gue sama infusan yang lebih kecil. "
"Lho?Sus??!kan katanya jam 9 malem?"
"Iya, dicepetin. Kan lebih enak, jadi cepet pulang"
"Sus?serius??? jangan becanda dong!"
"Iya, beneran"
Begitulan perdebatan kecil gue dengan 2 suster yang mau gue ngomong apapun juga tempat tidur gue tetep digeret ke ruang operasi, dan gue cuma bisa pasrah mikirin yang macem-macem.

Setelah menanggalkan seluruh pakaian dan ganti pakai baju operasi yang warna ijo-ijo itu lhoo (hahahha, its was my first time. Not bad, cute enough :p) gue dibawa ke ruang tunggu operasi. Adek dan temen gue nunggu di ruang tunggu. Sendirian, pengen pipis, pengen poop. Dan tiba saatnya, setelah dokter menangani pasien caesar, giliran gue dibawa ke ruang operasi yang sesungguhnya. Oh, whatever will be, will be!
"Ini biusnya bikin ngantuk ya, tidur aja" kata dokternya sebelum menyuntikkan obat ke infusan gue.
"Dok, nanti lukanya jangan gede-gede ya, saya bentar lagi wisuda, malu kalau mukanya ada codetnya" Itu kata terakhir gue sebelum gue tertidur.

Entah berapa lama gue tidur, dan guet terbangun dengan alat yang cuma sering gue liat di tv seperti alat pengukur detak jantung dan semacam yang dipakai Hazel di The Fault in Our Stars nempel di badan gue. Pas gue pegang pipi gue ada benjolan dan agak sedikit nyeri, kaget dong! apaan nih benjol-benjol, hahahha ternyata kapas yang agak tebel ditempel sama perban. Wah, amazing ya, nggak sakit sama sekali. HAHAHAHAHA!

Yha, jadi begitulah pengalaman gue menjalankan operasi (kecil) yang agak sedikit lebay, hahaha.
Ahh, dan gue mau sedikit share sih tentag BPJS kesehatan dan pelayanan rumah sakit. BPJS kesehatan sepertinya sangat penting dan membantu banget, gue nggak mengeluarkan biaya sepeserpun untuk penanganan penyakit gue ini, ya, walaupun siapa sih yang mau sakit. Tapi harusnya sih semua orang bisa punya BPJS kesehatan ini. Setiap bulannya dikenakan iuran, tergantung BPJS kelas berapa. Dan pelayanan Rumah Sakit Umum Bhakti Asih, I really appreciate!!! beberapa kali gue denger kalau ada orang yang misalnya sakit namun pelayanannya kurang memuaskan, seperti susternya galak lah, atau apalah, itu nggak gue rasain. Susternya dan dokternya baik, makan gue terjamin. walaupun rasanya begitu deh -_-.

Segitu aja sih cerita dari gue. Pesan buat yang mau operasi dan belum pernah operasi sebelumnya "WOLES AJA" lebih sakit diinfus daripada operasi, hehehe.