JellyPages.com

Kamis, 01 Agustus 2013

Masih Adakah Lawakan "SEHAT" untuk kita??



 



Pasti sudah tidak asing bagi kita dengan acara-acara sketsa komedi yang biasa ditayangkan di tv. Tapi apakah kita semua menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dalam acara berkedok “komedi” tersebut?.
Dapat kita lihat pada acara komedi di sebuah stasiun tv swasta yang menghadirkan dalang dan beberapa pemain sebagai wayang (pemain), disela-sela komedi kita akan disuguhkan tindakan-tindakan  yang pasti membuat kita tertawa dan seringkali itu berhubungan dengan kekerasan dan perkataan saling mengejek, walaupun di bawah layar tertulis “adegan ini hanya rekayasa” atau “adegan ini menggunakan alat yang tidak berbahaya” namun secara tidak langsung kita akan terpengaruh atau bahkan membawa adegan tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita.

Ada juga salah satu acara di sebuah stasiun tv yang juga bertema komedi yang sudah beberapa kali mendapatkan teguran oleh KPI karena lawakan salah seorang pemainnya (inisial OS) yang seringkali “berlebihan”, entah untuk menaikan rating atau memang begitulah pribadinya. Tidak hanya dalam acara tersebut ia mendapatkan teguran tetapi di beberapa acara lain seperti acara music pagi (lala-yeyeye) di stasiun tv yang berbeda.

Beberapa kasus yang saya paparkan diatas membuat pertanyaan di kepala saya sendiri  “Apakah komedi selalu erat dengan kekerasan fisik dan ejek mengejek?”. 

Tidak saya pungkiri terkadang sayapun tertawa saat melihat acara komedi yang menyertakan adegan-adegan kurang pantas tersebut, tetapi tak jarang pula saya berargumen pada diri saya sendiri “harusnya lawakannya nggak gini deh”. 

Dan yang paling saya tidak habis pikir mengapa orang yang jelas-jelas sering mendapatkan teguran dari KPI dan kita semua tahu bahwa perkataannya seringkali menyinggung beberapa pihak masih saja dipakai untuk sebuah acara atau bahkan beberapa acara. Dimanakah ketegasan pihak yang berwenang pada saat-saat seperti ini?, haruskah fungsi televisi sebagai media edukasi terhapuskan?

Ini menjadi tugas kita bersama,bukan hanya KPI, bukan hanya stasiun TV tapi KITA BERSAMA. Kita adalah konsumen dari acara-acara televisi tersebut, maka kitalah yang harus bisa memilah manakah tontonan yang tepat dan sehat untuk kita konsumsi. Dengan tidak menonton acara yang memiliki mutu rendah kita sama saja telah membantu mengembalikan fungsi televisi yang sebenarnya. Karena secara otomatis rating dari acara yang tidak bermutu tersebut akan turun dan tidak menutup kemungkinan acara tersebut akan hilang atau merubah konsepnya menjadi lebih baik lagi. Inilah yang kita semua inginkan. Tontonan yang menghibur namun memiliki mutu yang tinggi sehingga dapat menghasilkan pula generasi yang memiliki “jaminan mutu”.