JellyPages.com

Jumat, 27 Maret 2015

Operasi? Serius?!

Yak! Itu kata pertama yang gue ucapkan saat dokter bilag kaau gue harus operasi. 
Berawal dari benjolan di pipi yang gw rasa nggak mengganggu, karena ngga ada rasa sama sekali, sakit nggak, bikin pusing nggak, keliatan banget juga nggak, karena ukurannya yang ngga terlalu besar. Tapi Mama keukeuh gue harus diperiksa. Dia takut karena beberapa kali denger dari cerita para tetangga dan tayangan di televisi kalau benjolan kecil bisa berubah jadi penyakit yang berbahaya. Akhirnya dengan berbekal kartu BPJS Kesehatan, gue datang ke Klinik Bhakti Asih Ciledug, kemudian meminta rujukan untuk ke Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Ciledug untuk penanganan yang lebih serius. 

Pertama gue dirujuk ke dokter spesialis dalam, karena letak benjolannya yang ada di dalam. Kemudian menurut si dokter spesialis dalam dia kurang begitu kompeten dalam penyakit gue, akhirnya gue dirujuk ke dokter spesialis bedah. Seperti biasa mengantri di loket BPJS untuk daftar ke dokter bedah, akhirnya sore itu (gue lupa tanggal berapa) gue ketemu sang dokter bedah.
"Benjolannya dimana?"
"Ini dok!" Kata gw sambil nunjuk pipi bagian bawah, kemudian disusul jari dokternya yang ikut meraba.
"Mana?? Oh ini"
Kemudian si dokter menulis sesuatu di kertas sambil berkata "Itu infeksi kelenjar getah bening. Dioperasi ya,kalau nggk dierasi bisa tambah gede terus pecah di dalem, dan bisa aja makin gede bengkaknya. Nanti saya bikin luka kecil aja kok di pipi kamu"
Whaaat??!!! 
Gue sih diem aja, walaupun pikiran gue udah kemana-mana. Operasi. Sesuatu yang cuma sering gue liat di serial Grey's Anatomi dan sekarang harus gue alami sendiri. Udah kebayang pipi gue diobok-obok sama dokter dan kebayang bekas luka yang bakal jadi codet. OMG!! PIPI GUE!!!!

Setelah beberapa prosedur sebelum operasi gue jalankan, seperti cek darah dan foto rontgen akhirnya saat yang sangat tidak ditunggu-tunggupun tiba. Handphone gue berdering, yang awalnya gue kira panggilan interview kerja, karena memang akhir-akhir ini gue ngirim beberapa lamaran dan telepon dari HRD pasti sangat gue tunggu-tunggu. Tapi apa boleh buat, gue saat itu juga harus ke rumah sakit karena sedang ada kamar yang kosong.Sampai sana setelah menandatangani beberapa dokumen yang menyatakan bahwa gue siap dan tidak ada paksaan untuk melakukan operasi, gue akhirnya masuk kamar. Susternyapun sampai bingung, "Ini yang sakit yang mana?" karena saat itu gue datang ditemenin mama. 

Operasi dijadwalin malam itu pukul 21.00. Tapi nggak tau kenapa diundur jadi besok pagi, karena hari ini ada dokter spesialis dalam yang katanya mau periksa kesiapan gue untuk menjalankan operasi. Keesokan harinya Suster datang lagi dan bilang "Kamu operasiya besok malem jam 21.00". Yak, diundur-undur aja terus. mau bikin gue sport jantung berapa lama lagi sih?!! Gue cuma bisa pasrah. Beberapa bbm, line bermunculan untuk memberikan semangat, hahhaa berlebihan sebenernya, but thanks guys. Besoknya, temen gue jenguk sekitar pukul 5 sore. Lagi ngobrol kesana-kemari tiba-tiba susternya datang. 
"Nindy, ayok operasi sekarang" kata susternya sambil ganti infusan gue sama infusan yang lebih kecil. "
"Lho?Sus??!kan katanya jam 9 malem?"
"Iya, dicepetin. Kan lebih enak, jadi cepet pulang"
"Sus?serius??? jangan becanda dong!"
"Iya, beneran"
Begitulan perdebatan kecil gue dengan 2 suster yang mau gue ngomong apapun juga tempat tidur gue tetep digeret ke ruang operasi, dan gue cuma bisa pasrah mikirin yang macem-macem.

Setelah menanggalkan seluruh pakaian dan ganti pakai baju operasi yang warna ijo-ijo itu lhoo (hahahha, its was my first time. Not bad, cute enough :p) gue dibawa ke ruang tunggu operasi. Adek dan temen gue nunggu di ruang tunggu. Sendirian, pengen pipis, pengen poop. Dan tiba saatnya, setelah dokter menangani pasien caesar, giliran gue dibawa ke ruang operasi yang sesungguhnya. Oh, whatever will be, will be!
"Ini biusnya bikin ngantuk ya, tidur aja" kata dokternya sebelum menyuntikkan obat ke infusan gue.
"Dok, nanti lukanya jangan gede-gede ya, saya bentar lagi wisuda, malu kalau mukanya ada codetnya" Itu kata terakhir gue sebelum gue tertidur.

Entah berapa lama gue tidur, dan guet terbangun dengan alat yang cuma sering gue liat di tv seperti alat pengukur detak jantung dan semacam yang dipakai Hazel di The Fault in Our Stars nempel di badan gue. Pas gue pegang pipi gue ada benjolan dan agak sedikit nyeri, kaget dong! apaan nih benjol-benjol, hahahha ternyata kapas yang agak tebel ditempel sama perban. Wah, amazing ya, nggak sakit sama sekali. HAHAHAHAHA!

Yha, jadi begitulah pengalaman gue menjalankan operasi (kecil) yang agak sedikit lebay, hahaha.
Ahh, dan gue mau sedikit share sih tentag BPJS kesehatan dan pelayanan rumah sakit. BPJS kesehatan sepertinya sangat penting dan membantu banget, gue nggak mengeluarkan biaya sepeserpun untuk penanganan penyakit gue ini, ya, walaupun siapa sih yang mau sakit. Tapi harusnya sih semua orang bisa punya BPJS kesehatan ini. Setiap bulannya dikenakan iuran, tergantung BPJS kelas berapa. Dan pelayanan Rumah Sakit Umum Bhakti Asih, I really appreciate!!! beberapa kali gue denger kalau ada orang yang misalnya sakit namun pelayanannya kurang memuaskan, seperti susternya galak lah, atau apalah, itu nggak gue rasain. Susternya dan dokternya baik, makan gue terjamin. walaupun rasanya begitu deh -_-.

Segitu aja sih cerita dari gue. Pesan buat yang mau operasi dan belum pernah operasi sebelumnya "WOLES AJA" lebih sakit diinfus daripada operasi, hehehe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar